top of page

Komunikasi Interpersonal Efektif: Budaya dan Komunikasi Interpersonal

  • Writer: adhanissa
    adhanissa
  • Jan 31, 2020
  • 7 min read

Definisi Budaya

Budaya didefinisikan sebagai gaya hidup yang relatif spesial bagi sekelompok orang dan diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui komunikasi, bukan genetik. Hal-hal seperti kepercayaan, bahasa, perilaku, aturan, seni, dan lain-lain yang diciptakan dan dikembangkan oleh sekelompok orang termasuk sebagai budaya yang menjadi bagian dari kelompok sosial tersebut. Beberapa contoh budaya adalah budaya mudik bagi penduduk Muslim Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri dan Ngabuburit saat bulan puasa Ramadhan.


Relevansi Budaya terhadap Komunikasi Efektif

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan tidak mungkinnya komunikasi efektif terjadi tanpa menyadari bagaimana budaya mempengaruhi komunikasi antar manusia.


Perubahan Demografis

Salah satu contoh perubahan demografis terjadi di Amerika, dimana yang populasi mayoritas negaranya adalah orang Eropa menjadi terpengaruh oleh sejumlah besar penduduk baru dari Amerika Latin dan Selatan. Perubahan ini membawa penyesuaian interpersonal yang berbeda dan kebutuhan untuk memahami serta beradaptasi dengan cara komunikasi yang baru.


Sensitivitas terhadap Perbedaan Budaya

Sensitivitas budaya didefinisikan sebagai kesadaran bahwa perbedaan dan persamaan antar manusia itu ada tanpa memberikan mereka penilaian (negatif atau positif, baik atau buruk, benar atau salah). Sebagai manusia, kita menjadi lebih sensitif terhadap perbedaan budaya. Banyak kasus terkait perbedaan budaya yang terjadi di Indonesia dan kebanyakan memiliki konotasi negatif seperti suku Sampit dan Madura.


Ketergantungan antara Ekonomi dan Politik

Mayoritas negara saat ini bergantung satu sama lain dalam hal ekonomi, dan kehidupan ekonomi bergantung pada kemampuan kita untuk berkomunikasi secara efektif dengan budaya yang berbeda-beda. Begitu juga dengan keadaan politik.


Persebaran Teknologi

Perkembangan teknologi yang sangat cepat membuat komunikasi antar-budaya sangat mudah. Segala bentuk komunikasi dan penyebaran berita pun menjadi sangat mudah dengan bantuan teknologi, terutama internet. Contohnya, dengan Skype, sepasang teman dari dua negara yang berbeda dapat berkomunikasi dengan mudah meskipun tidak bertemu langsung secara fisik.


Culture-Specific Nature of Interpersonal Communication

Alasan lain mengapa budaya sangat penting adalah karena kompetensi interpersonal sangat memperhatikan budaya (Culture-Specific) yang berarti apa yang terbukti efektif di sebuah budaya mungkin saja tidak efektif bagi budaya yang lain.


Contoh perbedaan budaya ini dapat ditemui di pertemuan bisnis, para eksekutif bisnis di Amerika akan menyarankan peserta pertemuan untuk membahas bisnis pada lima menit pertama, sedangkan para eksekutif bisnis di Jepang menyarankan untuk menghindari pembahasan bisnis sebelum semua peserta telah cukup mengenal satu sama lain sebelum memulai negosiasi.


Perbedaan Budaya

Komunikasi interpersonal yang efektif secara global tidak cukup dengan hanya niat dan perbuatan yang baik, namun juga harus mengetahui bagaimana budaya itu berbeda dan bagaimana perbedaan tersebut mempengaruhi komunikasi. Terdapat tujuh dimensi perbedaan budaya yang secara signifikan mempengaruhi semua bentuk komunikasi.


1. Individual and Collective Orientation

Budaya Individualis lebih menghargai individu dibanding kelompok dan mengajarkan pentingnyan nilai individu seperti kekuatan, pencapaian, hedonisme, dan stimulasi.

  • Mengukur kesuksesan berdasarkan sejauh mana dia melebihi orang lain

  • Merasa bangga ketika menjadi sorotan

  • Memiliki pahlawan yang unik dan berdiri sendiri

  • Perbedaan antara in-group dan out-group dianggap kurang penting

Budaya representatif: Amerika, Australia, Inggris, Italia, Swedia, dll.


Budaya Kolektivis lebih menghargai kelompok dibanding individual dan mengajarkan pentingnya nilai kelompok seperti kebajikan, tradisi, dan keakuran.

  • Mengukur kesuksesan berdasarkan sejauh mana dia berkontribusi pada tujuan kelompok.

  • Merasa bangga ketika menjadi anggota dari sebuah kelompok

  • Memiliki pahlawan yang berorientasi pada kelompok.

  • Perbedaan antara in-group dan out-group dianggap sangat penting

Budaya representatif: Indonesia, Pakistan, China, Venezuela dll.


2. High- and Low-Context Cultures

High-Context Culture bergantung pada komunikasi tersirat atau isyarat non-verbal. Sebuah pesan tidak dapat dipahami tanpa sebuah informasi latar yang kuat.

  • Budaya representatif: Asia, Afrika, Arab, Eropa tengah, dan Amerika Latin

  • Menekankan pada hubungan personal

  • Hubungan dibangun secara perlahan dan bergantung pada kepercayaan

  • Elemen non-verbal (gesture, gerak mata, ekspresi) sangat signifikan

  • Juga merupakan budaya kolektivis

Low-Context Culture bergantung pada komunikasi eksplisit, informasi dalam sebuah pesan lebih banyak diutarakan dan didefinisikan.

  • Budaya representatif: Amerika dan Australia

  • Tidak terlalu menekankan pada hubungan personal, namun pada penjelasan verbal dan eksplisit

  • Hubungan dibangun dan berakhir dengan cepat

  • Privasi dianggap penring

  • Juga merupakan budaya individualis

3. Power Distance

Power distance merujuk pada bagaimana kekuatan didistribusikan dalam sebuah lingkungan. Tingkat penerimaan (acceptance) orang yang tidak memiliki kekuatan atas penyebaran kekuatan yang tidak merata di lingkungan mereka.


High-Power-Distance merupakan kondisi dimana kekuatan dikonsentrasikan pada beberapa orang, dan terdapat perbedaan yang besar antara orang yang memiliki dan tidak memiliki kekuatan.

  • Negara representatif: Malaysia, Arab, Perancis.

  • Orang-orang lebih bergantung pada pemegang kekuatan

  • Terdapat hierarki dan perlakuan spesial bagi pemegang kekuatan

  • Gate Keeper, orang yang menjaga pemegang kekuasaan dari orang-orang yang tidak memiliki kekuatan

Low-Power-Distance merupakan kondisi dimana kekuatan terbagi rata kepada seluruh masyarakat, dan hanya ada perbedaan yang kecil antara yang memiliki dan tidak memiliki kekuatan.

  • Negara representatif: Belanda, Amerika, Inggris, Jerman.

  • Orang-orang tidak bergantung pada pemegang kekuatan

  • Adanya hierarki dikarenakan terdapat alasan yang cukup bagus

  • Keadilan, semua orang memiliki hak yang sama

  • Open door policy, manajemen dari sebuah perusahaan tidak secara otomatis menjadi yang tertinggi.

4. Masculine and Feminine Cultures

Masculinity

Budaya maskulin menghargai sikap agresif, sukses secara material, kekuatan, dan menekankan peran gender yang tradisional.

  • Menang itu baik dan memberimu penghargaan, biasanya indikator terbaik untuk sebuah performa adalah uang, karena dapat dihitung.

  • Status itu penting, dalam hal ini merupakan status yang didapatkan.

  • Kompetisi dianggap sebagai kesempatan untuk menunjukkan sebaik apa seseorang.

  • Negara representatif: Jepang, Amerika, Inggris, Italia, Nigeria

"Winning & decisiveness are important in society

Femininity

Budaya feminim menghargai kesederhanaan, kepedulian terhadap hubungan dan kualitas hidup, serta kelembutan.

  • Menjadi yang lebih baik daripada orang lain tidak begitu dihargai dan tidak membuat orang lain lebih suka pada orang tsb.

  • Persamaan derajat, "Jangan merasa kamu adalah 'seseorang', akan menjadi 'seseorang', atau kamu lebih baik dari siapapun"

  • Konsensus, daripada menjadi yang memutuskan sesuatu, orang-orang lebih menyukai proses untuk mencapai konsensus.

  • Simpati, orang yang kurang sukses di lingkungannya patut memperoleh kesempatan dan perlu dibantu.

  • Negara representatif: Belanda, Iceland, Chili, Thailand.


5. High- and Low-Ambiguity-Tolerant Cultures

Ambiguity Tolerance atau toleransi ambiguitas didefinisikan sebagai tingkat dimana seorang individu merasa nyaman dengan ketidakpastian, Toleransi terhadap ambiguitas ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk beroperasi secara efektif di lingkungan yang tidak pasti.


High-Ambiguity-Tolerant Culture. Anggota budaya ini tidak merasa terancam oleh situasi yang tidak diketahui dan menganggap ketidakpastian normal.

  • Negara representatif: Singapura, Hong Kong, Malaysia, India, FIlipina

  • Meminimalkan pentingnya aturan yang mengatur komunikasi dan hubungan

  • Toleransi dan dukungan untuk memiliki pendekatan dan perspektif yang berbeda bagi individu yang tidak mengikuti aturan budaya mayoritas.

Contoh: Murid di lingkungan dengan budaya ini akan menghargai kebebasan dalam pendidikan dan lebih memilih tugas yang samar tanpa jadwal pasti. Mereka ingin diberi penghargaan atas kreativitas mereka.


Low-Ambiguity-Tolerant Culture. Anggota budaya ini sebisa mungkin menghindari ketidakpastian dan memiliki kekhawatiran yang besar atas ketidaktahuan akan apa yang akan terjadi.

  • Negara representatif: Belgia, Rusia, Polandia, Jepang.

  • Menganggap ketidakpastian sebagai ancaman

  • Memiliki peraturan yang jelas untuk komunikasi yang tidak boleh dilanggar

Contoh: Murid di lingkungan dengan budaya ini lebih memilih pengalaman yang terstruktur; tugas dengan objektif yang spesifik, instruksi yang detil, dan jadwal yang pasti. Mereka berharap untuk dinilai dengan dasar jawaban yang benar dan berharap instruktur memiliki semua jawaban setiap waktu.


6. Long- and Short-Term Orientation

Long-Term Orientation. Orientasi yang mendorong pentingnya penghargaan di masa depan. Budaya ini percaya bahwa para ibu seharusnya ada di rumah dengan anak-anak mereka, bahwa rasa malu adalah fitrah bagi pria dan wanita, dan bahwa masa tua adalah masa berbahagia.

  • Negara representatif: Korea Selatan, Taiwan, Jepang, China, Jerman, Rusia

  • Organisasi dengan budaya ini menghargai: kerja keras, kejujuran, keterbukaan,

  • Murid dengan budaya ini akan mengandalkan usaha mereka sendiri untuk memperoleh kesuksesan atau kegagalan di sekolah.

Short-Term Orientation. Orientasi ini lebih memperhatikan masa lalu dan saat ini. Anggota budaya ini akan menggunakan sumber yang ada saaat ini dan menginginkan hasil instan. Budaya ini percaya bahwa tinggal dengan mertua akan menyebabkan masalah, bahwa anak-anak tidak harus dirawat oleh ibunya, bahwa rasa malu itu fitrah bagi wanita., dan masa tua adalah masa yang tidak menyenangkan.

  • Negara representatif: Mesir, Ghana, Nigeria, Iran, Moroko

  • Organisasi dengan budaya ini menghargai kebebasan berpendapat, kebebasan personal, hal individu, capaian pribadi.

  • Murid dengan budaya ini akan mengandalkan keberuntungan atau kesempatan untuk memperoleh kesuksesan atau kegagalan di sekolah.

7. Indulgence and Restraint

Indulgence. Budaya dengan tingkat indulgence yang tinggi mengutamakan kepuasan hasrat dan fokus dalam bersenang-senang serta menikmati hidup. Budaya ini juga memiliki lebih banyak orang bahagia yang bergantung pada dua faktor utama: Life Control atau kontrol atas hidup merupakan perasaan untuk bebas melakukan apapun dan memilih; dan Leisure atau kesenggangan merupakan perasaan dalam memiliki waktu senggang untuk melakukan hal yang menyenangkan.

  • Negara representatif: Venezuela, Meksiko, Swedia, Nigeria

  • Memiliki perilaku positif dan optimisme yang lebih

  • Kehidupan berkeluarga lebih memuaskan; kedua partner mengerjakan tugas rumah tangga

Restraint. Budaya dengan tingkat restraint yang tinggi melindungi pembatasan kepuasan dan regulasinya dengan norma sosial. Budaya ini memiliki lebih banyak orang yang tidak bahagia karena kurangnya kontrol atas hidup mereka dan waktu senggang yang sangat sedikit.

  • Negara representatif: Pakistan, Mesir, Iraq, Latvia

  • Memiliki sifat sinikal dan pesimis

  • Kehidupan berkeluarga kurang memuaskan; pembagian tugas rumah tangga yang tidak seimbang

Tahapan Culture Shock

Tahap 1: Bulan Madu

Pada awalnya akan merasakan kekaguman akan budaya baru dan orang-orangnya


Tahap 2: Krisis

Pada tahap ini, perbedaan dengan budaya sendiri akan menimbulkan masalah. Perasaan frustasi dan kekurangan akan muncul, disinilah syok yang sebenarnya terjadi.


Tahap 3: Pemulihan

Selama periode ini, akan mendapatkan kemampuan untuk berfungsi secara efektif. Bahasa dan berbagai hal dipelajari sehingga perasaan kekurangan akan mulai hilang.


Tahap 4: Penyesuaian

Pada tahap akhir ini sudah mulai menyesuaikan diri dan mulai menikmari budaya dan pengalaman yang baru. Tekanan dan kesulitan masih akan dirasakan secara periodik namun secara keseluruhan merupakan pengalaman yang menyenangkan.


Prinsip Komunikasi Efektif Antar-Budaya

Komunikasi antar-budaya merujuk pada komunikasi antar orang yang memiliki perbedaan budaya, kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku.


1. Educate Yourself - Tidak ada persiapan yang lebih baik untuk komunikasi antar-budaya selain mempelajari budaya yang lain


2. Recognize Differences - Untuk berkomunikasi antar-budaya secara efektif perlu memahami perbedaan antar diri sendiri dengan orang lain. Terdapat beberapa jenis perbedaan dalam komunikasi antar-budaya:

  • Antara diri sendiri dengan budaya yang berbeda - Ketika orang Amerika mengajak orang Filipina untuk makan malam tapi ditolak. Orang Amerika merasa sakit hati karena ditolak tetapi orang Filipina juga merasa sakit hati karena merasa ajakannya tidak tulus.

  • Antar kelompok dengan budaya yang berbeda - Penggunaan istilah "African American" atau gabungan antar budaya yang dimiliki seseorang sebagai bagian dari sebuah budaya besar

  • Perbedaan dalam makna - Makna sebuah gestur tangan atau kontak mata berbeda-beda untuk tiap negara

3. Confront your Stereotypes - ketika kita memiliki kesan yang absolut terhadap suatu kelompok dan bertemu anggota dari kelompok tsb., kesan yang kita miliki mungkin berguna bagi kita, namun akan menjadi masalah ketika kita tidak bisa menempatkan kesan kita dengan baik saat berkomunikasi dengan orang yang berbeda dengan kita.


4. Adjust Your Communication - Komunikasi interpersonal (termasuk antar-budaya) hanya berlangsung sampai kedua individual memahami satu sama lain. Karena tidak ada orang yang memiliki pemahaman yang sama, maka setiap orang perlu menyesuaikan interaksi interpesonalnya, terutama interaksi antar-budaya.


5. Reduce your Ethnocentrism - Etnosentrisme sendiri adalah kecenderungan untuk memandang dan menilai orang lain berdasarkan anggapan superior atas nilai dan kepercayaan budaya sendiri. Untuk mencapai komunikasi interpersonal yang efektif, kita perlu memandang diri kita dan orang lain sebagai orang yang berbeda, tapi bukan sebagai inferior atau superior atas satu sama lain.


Daftar Pustaka:

 
 
 

Comentários


Address

Bandung, West Java, Indonesia

Contact

Follow

  • twitter
  • instagram

©2018 by Latibule. Proudly created with Wix.com

bottom of page